(picture by
Mojca Savicki)
Malam cukup hening, tanpa hingar suara binatang malam, entah
kemana mereka. Mungkin ingin bersembunyi dari kerlanya lampu yang makin
memojokkan mereka, itu fikirku.
Senyap-senyap terdengar hembusan angin malam, yang terasa
berbisik tentang cerita anak bangsa dari negeri entah berantah, dari pulau yang
tak pernah terjejaki.
Ditemani cahaya temaram dari ruang persegi penuh udara,
terdengar suara dari seberang sana, berbincang tentang hal-hal yang tak pernah
terfikir sebelumnya.
Kian terhanyut dalam keadaan yang menurut orang adalah suatu
kondisi yang tak masuk akal. Tapi, aku mengalaminya.
Namun, makin jauh ku menjalaninya, makin merasa ada yang
harus diperjelas tentang semua ini. Ada ragu, takut, cemas yang kini hinggap
disela-sela dinding ruang yang tak terlihat.
Hati.
Satu luka terasa mencuat kembali. Aku fikir telah sembuh,
tapi ternyata kini beri cemas. Apa harus mencoba untuk berhenti dari keadaan
ini? Agar luka itu tak terusik lagi.
Tak mungkin, mau atau tidak akan dipertanyakan. Dan, mau tak
mau harus diutarakan walau ku yakin akan ada luka baru lagi.
Ku katakan pada engkau, wahai bintang penghuni malam. Engkau
saksi dari semua luka. Engkau saksi dari semua airmata. Wahai udara yang tak
terlihat namun melihat, katakan pada dia tentang semuanya, semua hal yang tak
mampu tersampaikan oleh kata, karena engkau lebih mengetahuinya.
Mulai ragu, mulai khawatir, ada yang kecewa. Bukan mau
menyimpulkan sendiri. Tapi, tak mampu untuk tetap berembunyi.
Denting detik waktu tak mampu mengusir pilu, tak mampu membendung
lagi, semakin harubiru, aku terhenyuk.
Embun malam basahi dedaunan, tak mampu berucap sepatah kata,
hanya bisa diam.
Bukan ingin menjadi sempurna, tak mampu tuk kesempurnaan
itu.
Hanya bisa mencoba menjadi yang terbaik.
Takkan memaksa tuk tetap tinggal. Ku persilahkan engkau
mengambil keputusan.
Jangan mencoba memaksa diri, jika hati tak ingin tetap
tingggal. Hanya akan menjadi boomerang kemudian.
Jangan memaksa menyesuaikan diri tuk merasa nyaman. Tak ada unsure
pemaksaan untuk semua ini.
Dan dengan jelas ku kan berkata ‘kau boleh tuk pergi’
T_T
"kau boleh untuk pergi"
diksinya keren, Mbak. Makasih sudah ikut mewakili suara hatiku... #halah
hehehe
salam kenal! ^^